Tetes demi tetes
Air yang kian lama menjadi genangan
Genangan hati yang kian lama
Kian meridukanmu
Kulihat awan yang membentuk wajahmu
Desau angin yang meniupkan namamu
Bulan sabit yang melengkungkan senyummu
Tabur bintang serupa kilau auramu
Benak yang kian menumpuk untukmu
Aku disini terdian menunggu
Bersama tetesan air yang membasahi tubuhku
Aku masih menunggu kedatangamu
Terus menunggu
Kini hidupku telah seumur jagung lagi
Waktuku habis oleh penantian ini
Penantian yang terasa sia-sia
Tapi kini dirimu tak kunjung datang
Kini hatiku telah merapuh
Habis dimakan oleh waktu
Ternyata...
Kau berikanku
Sebuah harapan kosong.
-@PutryNadyaDG-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar